Kuku merupakan bagian dari epidermis kulit yang tersusun atas keratin serta tumbuh pada bagian distal jari-jari tangan dan kaki. Banyak orang melakukan perawatan kuku seperti menjaga bentuknya, mewarnai dengan cat kuku, atau menggunakan extension untuk kepentingan estetik. Selain memiliki nilai estetik, kuku ternyata dapat menjadi indikator kesehatan dan telah diaplikasikan dalam dunia medis untuk penilaian awal dalam menegakkan diagnosis. Melalui obervasi sederhana terhadap penampilan kuku, kita dapat menerka apa yang terjadi pada tubuh kita.

Penilaian kesehatan melalui kuku dapat diamati melalui berbagai aspek, salah satunya adalah perubahan warna kuku. Secara alami, kuku yang sehat berwarna merah muda cerah. Apabila kita menjumpai kuku dengan warna yang lebih pucat, kekuningan, atau justru berwarna lain, kita patut bertanya apa yang sedang kuku kita katakan terhadap kesehatan kita?

Diskolorisasi warna kuku atau dyschromia merupakan kondisi perubahan warna kuku yang tidak semestinya, dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Dyschromia yang disebabkan oleh faktor eksternal, contohnya pemberian pewarna kuku semacam henna atau akibat aktivitas yang berkaitan dengan pewarnaan, akan hilang dengan sendirinya mengikuti pertumbuhan kuku. Namun dyschromia yang disebabkan oleh faktor internal tidak hilang mengikuti pertumbuhan kuku, melainkan menetap pada keping kuku. Pada beberapa kasus, dyschromia dapat diamati melalui perubahan warna lanula, yaitu struktur setengah lingkaran pada dasar kuku.

Lanula tidak tampak → anemia, sistem sirkulasi yang buruk, malnutrisi, kadar oksigen seluler rendah

Lanula biru pucat → diabetes mellitus, Wilson’s disease, keracunan logam berat

Lanula merah → penyakit kardiovaskuler dan abnormalitas hematologis

Sementara itu, diskolorisasi pada keping kuku dapat lebih beragam. Beberapa penyakit dapat diindikasikan melalui warna yang berbeda.

    • Putih keruh dapat menjadi tanda kekurangan mineral dalam tubuh karena konsumsi gula yang berlebihan. Hal tersebut menyebabkan tubuh mengambil mineral dari jaringan atau organ lain, salah satunya kuku. Kuku yang berwarna putih pucat juga dapat menjadi indikator anemia.
    • Hijau dapat terjadi ketika individu mengalami infeksi bakteri atau jamur.
    • Biru umumnya berhubungan dengan sianosis, ketika darah tidak mengikat cukup oksigen untuk disirkulasikan. Hal ini dapat terjadi karena kondisi dingin atau ketika individu mengidap penyakit anemia defisiensi besi. Namun pada tingkat yang lebih parah, kuku kebiruan dapat menjadi indikasi penyakit yang berhubungan dengan paru-paru.
    • Kuning biasanya diiringi dengan kondisi kuku yang menebal, umumnya disebabkan oleh nikotin pada perokok berat. Pada beberapa penyakit, kuku kekuningan merupakan ciri tertentu pada pasien sinusitis, pengidap imunodefisiensi, rematik, hipoalbuminaemia, limfoedema, jaudince, diabetes mellitus, dan amiloidosis.
    • Merah didapati pada individu ketika mengalami keracunan karbon monoksida, tapi juga dapat disebabkan oleh malnutrisi dan penyakit Polycythemia.
    • Ungu dapat menjadi tanda malnutrisi atau turunnya kadar oksigen dalam darah.
    • Hitam atau abu-abu kecokelatan dapat terjadi karena trauma, anemia, defisiensi viamin B-12, infeksi bakteri, penyakit ginjal kronis dan kelenjar adrenal, penyakit hati, melanoma, kanker payudara, atau akibat cemaran logam berat.
    • Cokelat dapat terjadi akibat pewarnaan nikotin, mencirikan individu perokok berat dalam jangka waktu yang lebih lama, sebagaimana yang terjadi pada kasus kuku berwarna kekuningan. Namun kondisi tersebut dapat juga menjadi tanda defisiensi asam folat, protein, atau vitamin C.

Diskolorisasi juga dapat terjadi pada sebagian keping kuku, seperti munculnya garis dengan warna tertentu, baik horizontal maupun vertikal. Salah satu contohnya adalah kondisi melanonychia, yaitu munculnya garis vertikal berwarna cokelat kehitaman pada keping kuku yang mengindikasikan bahwa suatu individu mengidap melanoma.

Selain diskolorisasi, kesehatan individu dapat dinilai dari abnormalitas bentuk kuku dan kondisi fisik kuku, seperti kuku yang terlalu kering atau terlalu lunak akan lebih mudah patah atau mengalami kerusakan fisik. Kuku yang terlalu kering, munculnya tekstur yang tidak merata, dapat disebabkan oleh suhu lingkungan atau dapat terjadi ketika seseorang mengalami stress.

Melalui pengujian kuku, dapat diketahui apakah seseorang telah tercemar zat-zat berbahaya, seperti petani yang bekerja dengan insektisida atau pekerja lain yang bekerja di lingkungan tercemar. Kuku, meskipun hanya bagian kecil dari tubuh, dapat menunjukkan status kesehatan individu. Hal ini dikarenakan kuku memiliki daya serap yang lebih besar dari kulit, sehingga dapat digunakan untuk menilai cemaran zat berbahaya pada seseorang.

Umumnya, kondisi kuku berhubungan dengan kondisi sirkulasi pada tubuh yang erat kaitannya dengan kecukupan nutrisi. Ketika tubuh kekuranga nutrisi atau bahkan mengkonsumsi terlalu banyak zat-zat tertentu maka darah sebagai bagian dari sistem sirkulasi yang mentransportasikan nutrisi dan zat-zat tersebut ke seluruh tubuh hingga sampai pada ujung-ujung tubuh, yaitu kuku. Itulah sebabnya kuku dapat menunjukkan status kesehatan seseorang yang dapat mencerminkan ketidakseimbangan nutrisi bahkan kondisi stress seseorang.

Jika kita ingin menjaga kesehatan kuku, sudah sepantasnya kita menjaga pola hidup melalui konsumsi makanan bergizi lengkap sehingga kebutuhan nutrisi tercukupi, serta  olah raga untuk menjaga tubuh tetap fit dan mengelola stress dengan lebih baik.

Apabila menjumpai abnormalitas pada kuku, jangan self-diagnosed, ya! Kunjungilah fasilitas kesehatan terdekat untuk mengkonsultasikannya kepada ahli yang terpercaya.

Stay safe, stay helathy.

Referensi:

Mayer, L. and R. Bhikha. 2014. Nails as Indicator of Health Status. Tibb Institute.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.