Oleh Amanda Husna S. (DD 36)

Istilah kaum rebahan atau kaum mager saat ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tapi apakah kalian tahu bahwa istilah tersebut merujuk pada salah satu gaya hidup tidak sehat yang dikenal sebagai sedentary lifestyle. Sedentary lifestyle atau yang biasa disebut dengan gaya hidup sedentary atau gaya hidup menetap merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang banyak terjadi di sekitar kita. Gaya hidup ini mengacu pada tingkat aktivitas fisik yang rendah. Contoh sedentary lifestyle yang sering terjadi ialah bekerja di depan komputer, menonton televisi, bermain game dalam waktu yang lama, dan menghabiskan waktu hanya untuk duduk atau berbaring.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup ini umumnya terjadi di perkotaan dan banyak dilakukan oleh orang dewasa bahkan remaja dan anak-anak dalam usia produktif. Hal ini disebabkan karena kurangnya ruang yang tersedia untuk berolahraga serta tuntutan pekerjaan kantor dan sekolah. Di samping itu, seiring berkembangnya teknologi dan terjadinya pandemi yang menyebar di seluruh dunia yang menyebabkan terbatasnya aktivitas di luar rumah juga menjadi beberapa faktor penyebab munculnya sedentary lifestyle ini. Gaya hidup ini tentunya juga sangat merugikan bagi kesehatan tubuh. Menurut WHO, gaya hidup sedentari mengakibatkan munculnya penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, dan kanker. Ada pun penelitian yang menunjukkan bahwa seseorang yang menonton televisi selama lebih dari 6 jam sehari memiliki risiko kematian 2 kali lipat dibandingkan dengan orang yang menononton televisi kurang dari 2 jam sehari.

Waktu duduk yang terlalu lama dapat memengaruhi berkurangnya kandungan dan aktivitas protein pengangkut glukosa otot. Selain itu, waktu duduk dalam jangka waktu yang lama dapat mengurangi kebutuhan metabolisme dan aliran darah sistemik sehingga menyebabkan turunnya sensitivitas insulin dan fungsi pembuluh darah dalam tubuh. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipertensi.

Dengan rendahnya aktivitas fisik, sedentary lifestyle ini juga dapat mengurangi kepadatan mineral tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis. Selain itu, gaya hidup ini juga berdampak pada kesehatan mental tiap individu, seperti meningkatkan risiko depresi serta menurunkan interaksi sosial. Lalu, bagaimana cara untuk mengatasi perilaku sedentary lifestyle ini? Menurut WHO, cara tepat untuk mengatasi gaya hidup tidak sehat ini adalah dengan melakukan beberapa aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dianjurkan oleh WHO ditinjau dari kategori usia ialah

1. Anak-anak dan remaja (usia 5-17 tahun).
Pada rentang usia ini, aktivitas fisik bermanfaat untuk peningkatan fisik kebugaran (kardiorespirasi dan kebugaran otot), kesehatan tulang, hasil kognitif (kinerja akademis, eksekutif), serta kesehatan mental untuk mengurangi tingkat depresi. Aktivitas yang dianjurkan meliputi aktivitas fisik sedang, seperti bersepeda, menari, dan berjalan cepat selama 60 menit per hari serta melakukan aktivitas berat, seperti berenang, senam aerobic, dan futsal dengan jangka waktu 3 kali dalam satu pekan. Selain itu, pada usia ini juga dianjurkan untuk membatasi screen time dengan sering membangun komunikasi dengan anak dan remaja atau melakukan rekreasi di akhir pekan.

2. Remaja dan dewasa (usia 18-64 tahun)
Aktivitas fisik pada rentang usia ini bermanfaat untuk mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, hipertensi, risiko kanker, serta mengurangi kecemasan dan depresi. Ada pun beberapa aktivitas yang dilakukan meliputi aktivitas fisik sedang dengan durasi waktu 150-300 menit dan aktivitas fisik berat dengan durasi 75-150 menit setiap pekan. Pada dewasa juga dianjurkan untuk melakukan latihan penguatan otot sebanyak 2 kali setiap pekan. WHO juga merekomendasikan untuk mengurangi screen time dan mengganti aktivitas fisik ringan menjadi aktivitas fisik sedang secara bertahap. Aktivitas fisik yang direkomendasikan tersebut tentunya tidak terlepas dari peran masing-masing individu. Perlu adanya komitmen, jadwal yang teratur, serta kesadaran tiap individu akan kesehatan tubuhnya. Di samping itu, aktivitas fisik yang dibarengi dengan konsumsi makanan sehat serta buah-buahan dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Dengan demikian, sedentary lifestyle atau gaya hidup sedentari dapat dikurangi sehingga tubuh menjadi sehat kembali. Healthy me, say no to sedentary lifestyle.


Daftar Pustaka

World Health Organization. (2020). WHO guidelines on physical activity and sedentary behaviour: web annex: evidence profiles.
Park, J. H., Moon, J. H., Kim, H. J., Kong, M. H., & Oh, Y. H. (2020). Sedentary lifestyle: overview of updated evidence of potential health risks. Korean journal of family medicine, 41(6), 365.
Desmawati. (2022). Gambaran Gaya Hidup Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle) dan Berat Badan Remaja Zaman Milenial di Tangerang, Banten. Jikm.upnvj.ac.id. Retrieved 2 August 2022, from https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/view/50.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.