“Men Sana in Corpore Sano”. Mungkin kita sudah cukup familiar dengan pepatah romawi kuno tersebut. Ya, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Untuk memiliki tubuh yang sehat dibutuhkan jiwa yang sehat juga. Namun sayangnya, kesehatan mental menjadi salah satu hal yang sering diabaikan khususnya oleh remaja. Faktanya, 1 dari 3 remaja di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Hal ini berarti bahwa 15,5 juta remaja di tanah air mengalami gangguan pada kesehatan mental.
Transisi dari remaja menuju ke dewasa yaitu antara usia 16-24 tahun merupakan masa di mana seseorang berhadapan dengan banyak tantangan dan pengalaman baru. Selain mulai memiliki legalitas hukum dan tanggung jawab yang meningkat, remaja di periode ini juga masih mengalami perkembangan biologis, psikologis, dan emosional bahkan hingga usia 20an. Remaja mulai menginginkan adanya kebebasan dan otonomi. Pada masa remaja, individu cenderung fokus untuk mendapatkan kebebasan emosional dari orangtua dan mengambil tanggung jawab dari tindakan mereka sendiri. Pengaruh teman sebaya menjadi lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh dari orang tua. Tekanan dari kelompok teman sebaya dapat berdampak pada perilaku dan emosi yang negatif. Kasus remaja bunuh diri, membolos, dan tawuran merupakan bentuk permasalahan kesehatan mental remaja. Selain itu, remaja mengalami tuntutan pendidikan dan karir yang semakin berat. Hal ini juga berpengaruh pada kesehatan mental mereka.
Masa remaja merupakan salah satu hal yang krusial dalam kehidupan manusia karena di masa remaja itulah manusia sedang gencar-gencarnya mencari jati diri. Mereka sangat penasaran dengan perkembangan sosial dan trend yang terjadi dan menangkap semua hal tanpa memperhatikan dengan detail baik atau buruknya informasi yang mereka dapatkan. Sosial media menjadi momok bagi para remaja. Komentar buruk di sosial media dapat berpengaruh pada kesehatan mental. Tontonan yang tidak sesuai umur juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja.
Menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan individu yang sejahtera di mana ia mampu menyadari kemampuannya, dapat mengatasi beban atau tekanan hidup, dapat bekerja secara produktif dan berkontribusi dalam komunitas yang dimiliki. Kesehatan mental juga adalah dasar bagi kemampuan kita sebagai manusia untuk berpikir, berekspresi, berinteraksi dengan sesama, mencari penghasilan dan menikmati hidup. Ketidakstabilan emosi yang dihadapi oleh remaja dapat menimbulkan permasalahan pada remaja khususnya kesehatan mental. Gross dan Munoz (1995) menyatakan, terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi menurunnya kesehatan mental, diantaranya adalah kesulitan dalam memahami, mengkomunikasikan, dan melakukan regulasi emosi. Beberapa macam gangguan kesehatan mental yang sering ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, skizofrenia (halusinasi), dan gangguan kecemasan.
Kerusakan mental yang terjadi di masa remaja sangat berdampak pada pembentukan pola pikir dan sikap seseorang hingga ia beranjak dewasa. Kesehatan mental yang terganggu menyebabkan kondisi fisik dan kualitas hidup remaja menurun. Maraknya masalah kesehatan mental dapat menurunkan kualitas penerus bangsa. Tanpa adanya peranan remaja, suatu bangsa akan mengalami kesulitan dalam hal kemajuan, perubahan, pembangunan, bahkan identitas bangsa akan memudar dengan sendirinya. Seorang remaja merupakan agen perubahan. Seorang remaja berpotensi melahirkan karya-karya, inovasi, dan semangat juang demi memajukan bangsa, dan negaranya. Upaya menjaga kesehatan mental seorang remaja dapat berasal dari diri sendiri dan orang terdekat, seperti orang tua dan teman-teman di sekitarnya.
Teman sebaya memainkan peran yang penting di dalam dukungan sosial bagi seorang remaja. Teman sebaya merupakan sumber dukungan dalam bentuk afeksi, simpati, pemahaman, dan bimbingan moral. Dukungan sosial merupakan salah satu bentuk sumber dukungan yang berasal dari orang lain Dukungan tersebut dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan individu. Selain itu, dukungan sosial merupakan faktor protektif yang dapat membantu seseorang ketika berhadapan dengan pengalaman hidup yang menekan dan mampu menghadapinya secara efektif. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak juga memainkan peran dalam mencegah munculnya masalah kesehatan mental.
Kesadaran mengenai kesehatan mental remaja di masyarakat juga perlu ditingkatkan. Pasalnya, banyak dari remaja yang tidak mengakses layanan kesehatan. Kurangnya layanan kesehatan menjadi salah satu penyebabnya. Hanya terdapat 0,29 psikiater dan 0,18 psikolog yang tersedia per 100.000 penduduk. Layanan yang ada juga kurang sesuai dengan kebutuhan remaja di usia mereka. Tenaga profesional yang kurang ramah, menghakimi, tidak terbuka, tidak menjaga kerahasiaan menjadi keluhan para remaja. Stigma negatif mengenai kesehatan mental yang berkembang di masyarakat juga semakin menghambat remaja untuk mencari bantuan ke layanan kesehatan jiwa. Misalnya, dianggap “kurang iman” ketika datang ke layanan kesehatan mental.
Kesehatan mental yang baik juga dapat dibangun oleh diri sendiri. Beberapa tindakan yang diperlukan agar mental remaja tetap sehat, antara lain:
- Berolahraga
Olahraga menjadikan tubuh tetap aktif sehingga energi di dalam tubuh meningkat. Olahraga dapat meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, dan menjaga pikiran agar tetap positif. Olahraga yang disarankan untuk dilakukan remaja adalah jogging, bersepeda, dan berenang.
- Jaga pola makan
Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang akan menunjang kesehatan tubuh. Enzim-enzim baik akan keluar sehingga tubuh dan pikiran akan kuat menangani tekanan yang muncul di kehidupan remaja. Remaja juga sebaiknya menghindari mengkonsumsi makanan yang berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Misalnya rokok, alkohol, gorengan, dan makanan-makanan penuh lemak jenuh. Masalah kesehatan pada diri remaja dapat mempengaruhi mental dan pikiran.
- Istirahat yang cukup
Waktu tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu anak mendapatkan energi yang cukup untuk beraktivitas keesokan harinya. Gangguan tidur tidak hanya berdampak pada kesehatan tubuh, namun juga kesehatan mental. Oleh karena itu, pastikan tubuh mendapatkan istirahat tidur yang cukup.
Kesehatan mental yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam memperhatikan kesehatan mental khususnya bagi remaja di Indonesia. Pemerintah dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan untuk menangani kasus remaja dengan gangguan mental dan mengedukasi pada masyarakat untuk tidak menganggap bahwa seseorang yang mengalami gangguan mental sebagai aib di masyarakat.
Referensi :
Dewi, Jesica Chintia. 2021. 21 Cara Menjaga Kesehatan Mental Remaja Menurut Para Ahli. Prosehat.com
Elda Cloudhya. 2021. Pentingnya Kesehatan Mental Terutama pada Remaja. Republika.co.id
Gross, J.J. & Munoz, R.F. (1995). Emotion Regulation and Mental Health. American PsychologicalAssociationD12.http://spl.stanford.edu/pdfs/1995%20Clinical%20Psychology%20Science%2 0and%20Practice%20- %20Emo.%20Reg.%20and%20Mental %20Health.pdf
Kaligis, Fransika. 2021. Riset: usia 16-24 tahun adalah periode kritis untuk kesehatan mental remaja dan anak muda Indonesia. Theconservation.com
Putri, E. A. H. (2022, November 4). Pentingnya Kesehatan Mental Pada Remaja. https://doi.org/10.31219/osf.io/qjyvk
Yunanto, Taufiq Akbar Rizqi. 2018. Perlukah Kesehatan Mental Remaja? Menyelisik Peranan Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial Teman Sebaya dalam Diri Remaja. Jurnal Ilmu Perilaku, Volume 2, Nomor 2. 2018: 75-88