Gideon Stevi Jeconeah1, Salsabiela Mielenia Putri1, Julia2, Tarissa Junita Briliani3
1Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
2Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
3Manajemen Informasi Kesehatan, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
e-mail:  1gideonstevi@mail.ugm.ac.id

 

Latar belakang
Stunting merupakan permasalahan kesehatan anak pada masa tumbuh dan kembang sang anak dari awal tahapan kehidupan akibat status gizi yang kurang dari standar minimal. Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) pada tahun 2018, stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO (Kemenkes RI, 2018).

 

Stunting dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti ekonomi dan sosial. Hingga saat ini, permasalahan mengenai stunting masih terus digencarkan proses penurunan angkanya oleh pemerintah Indonesia. Di Kabupaten Bantul sendiri, sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dengan melakukan rapat koordinasi terkait program percepatan pencegahan stunting, dan lain sebagainya. Usaha-usaha yang dilakukan ini bertujuan untuk mengurangi prevalensi stunting yang ada hingga saat ini. Data prevalensi stunting pada tahun 2017-2019 di setiap kabupaten yang ada di Provinsi Yogyakarta, dapat diketahui angka-angkanya sebagai berikut:  Gunung Kidul (20,60%), Kulon Progo (16,38%), Kota Yogyakarta (14,16%), Sleman (11,99%), dan Bantul (10,41%) (Dinas Kesehatan DIY, 2017). Untuk angka prevalensi balita pendek terbesar pada tahun 2018 adalah Kabupaten Gunung Kidul (18,47) dan terendah Kabupaten Bantul (9,75). (Dinas kesehatan DIY, 2018). Pada tahun 2019, prevalensi balita pendek terbesar masih dipegang oleh Kabupaten Gunung Kidul (17,94) dan terendah Kabupaten Bantul (7,73) (Dinas kesehatan DIY, 2019).

            Kabupaten Bantul sendiri memegang tingkat terendah pada permasalahan stunting pada tahun 2019. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menangani permasalahan stunting melalui program stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak; perbaikan gizi masyarakat; kelas ibu hamil; promosi ASI ekslusif dan upaya pencegahan lainnya. Namun peran pemerintah daerah saja tidak cukup untuk dapat mengurangi angka stunting. Dibutuhkan juga peran serta masyarakat untuk mendukung serta menjaga keberhasilan pencegahan stunting, yang dimana salah satunya adalah peran generasi muda terutama generasi Z. Generasi Z atau yang biasa disebut generasi internet adalah mereka yang lahir pada kisaran tahun 1995 untuk batas awal dan 2010 untuk batas akhir dari tahun kelahiran. Generasi Z dikenal sebagai generasi yang mahir dengan penggunaan teknologi dan sosial media, generasi yang cenderung ekspresif, dan multitasking (Hadion Wijoyo et al., 2020).

Sebagai generasi yang mahir secara digital, peran serta generasi ini penting dipahami untuk dapat mencegah stunting. Kemampuan mengeksplorasi ilmu dan pengetahuan yang baik menjadi modal besar bagi generasi ini untuk mengetahui  langkah pencegahan stunting, sehingga dapat turut berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Bantul. Pemahaman generasi Z terkait stunting yang berkembang saat ini di Kabupaten Bantul cukup beragam. Oleh karena itu, analisis ini dilakukan sebagai salah satu kajian pemahaman generasi Z terhadap stunting di Kabupaten Bantul yang belum ada. Melalui analisis ini dapat diketahui bagaimana pemahaman generasi Z terhadap stunting di Kabupaten Bantul yang dapat berkontribusi pada perubahan angka prevalensi stunting di masa depan.

Metode
Kuesioner dibuat dalam bentuk Google Formulir dengan masa pengisian dari 15-20 Maret 2021 dan disebarkan melalui grup-grup di beberapa media sosial seperti WhatsApp dan LINE. Penyebaran kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak muda (usia mahasiswa) terkait stunting. Jawaban yang didapat digunakan untuk mengetahui perkiraan tingkat stunting beberapa tahun kedepan saat perempuan muda yang berstatus mahasiswa pada tahun 2021 menjadi seorang ibu. Data yang digunakan untuk menganalisis berupa data diri (usia), pemahaman terkait stunting, dan langkah pencegahannya. Kuesioner yang dibagikan bersifat kualitatif dan diolah secara kuantitatif-deskriptif. Dalam kuesioner tersebut, terdapat beberapa pertanyaan lagi tentang jenis kelamin, tingkat pendapatan, ataupun anggota keluarga/kerabat yang mengalami stunting. Namun, data tersebut tidak dapat digunakan karena informasi yang tidak lengkap untuk dianalisis.

 

Hasil
Selama 5 hari kuisioner tersebut dibagikan, terdapat 59 responden dengan rentang usia 18-23 tahun. Terdapat pula responden berusia 41, dan 26 tetapi tidak diperhitungkan karena tidak termasuk generasi Z. Jenis kelamin sebagian besar narasumber adalah perempuan (79,3%) diikuti dengan laki-laki (20,7%). Dalam kuesioner yang dibagikan, narasumber diharuskan mengisi pertanyaan terkait pemahaman mengenai penyakit stunting yang diketahui. Pertanyaan tersebut dibantu dengan 7 pilihan (Tabel 1. simbol A-G) yang disediakan dan 1 pilihan berupa isian singkat untuk jawaban lainnya yang diketahui responden (Tabel 1. simbol H-J).

Hasil yang didapatkan (Grafik 1) menunjukkan bahwa pengetahuan responden paling tinggi tentang stunting adalah disebabkan oleh pola makan/gizi yang tidak seimbang sebesar 77,6%, sedangkan pengetahuan masyarakat tentang stunting paling rendah adalah faktor keturunan sebesar 17,2%. Terdapat juga jawaban lainnya berdasarkan jawaban responden yaitu TB/umur lebih dari 2 di bawah median WHO Child Growth Standard, selain mengganggu pertumbuhan juga mengganggu perkembangan otak, dan tidak tahu masing-masing sebesar 1,72%. Pengetahuan responden dinilai baik jika memilih list jawaban sebanyak  6-7 jawaban, dinilai cukup jika memilih 3-5 jawaban, dan dinilai kurang jika hanya memilih 0-2 jawaban (Grafik 2).

 


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.