Gaya hidup sehat tak dapat dipungkiri mulai menyebar semenjak kesadaran masyarakat akan kesehatan mulai meningkat. Gaya hidup sehat berciri atas peningkatan aktivitas kebugaran fisik dan konsumsi makanan bergizi lambat saji (menghindari proses memasak dengan digoreng, dipanggang dan dibakar) tambah bahan tambahan berlebih yang dijamin jauh lebih sehat dan bergizi daripada fast food kekinian. Salah satu bahan makanan sehat yang mulai naik daun adalah tanaman Bunga Telang. Bunga Telang ini memiliki berbagai kandungan bermanfaat yang telah lama menjadi obat tradisional di India dan sekitarnya. Dapat dikembangkan secara praktis menjadi suplemen makanan dan teh herbal (magical tea). Bunga Telang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna makanan alami (untuk biru) dan sering dicampurkan untuk berbagai olahan nasi (pembuatan nasi biru), yoghurt, dan kue.
Bunga telang (Clitoria ternatea) adalah tanaman serba guna tidak beracun yang batang tipisnya tumbuhnya merambat, anggota keluarga Fabaceae (kacang-kacangan) yang merupakan legumes. Tanaman asli Asia ini dapat tumbuh dengan cepat (fast-growth) dan dapat tumbuh di berbagai tempat dengan ragam temperature, curah hujan, dan ketinggian – bahkan di area TPA sekalipun. Tanaman ini merupakan anggota
kelas Magnoliopsida sehingga memiliki sistem perakaran tunggang dengan batang kecil herbaceous dan daun majemuk berbentuk elips yang permukaan atasnya berbulu halus dan bawahnya halus. Tanaman ini memiliki bunga tunggal berwarna biru tua berbentuk mirip klitoris (salah satu bagian dari anatomi genital perempuan) dan buah polong pipih memanjang yang tidak berbulu.
Sejak sekian lama dalam pengobatan tradisional India (Ayuverda) memanfaatkan berbagai bagian dari tanaman bunga Telang yangjuga disebut sebagai ‘Shankupushpam’. Akarnya digunakan sebagai pengobatan religius untuk mengobati epilepsi dan kegilaan. Daun dan bijinya dimanfaatkan secara luas untuk tonik otak (sering diberikan pada anak-anak dengan dicampur madu dan mentega terlebih dahulu), yang dipercaya mampu meningkatkan kemampuan mengingat dan kecerdasan, pembentuk kekuatan otot dan memperbaiki kompleksi kulit. Jus dan bunganya telah dikenal sebagai antidot bisa ular. Benihnya juga dapat mengobati sendi bengkak dan jika hancuran benihnya dicampur air dingin atau mendidih dapat mengobati masalah kandung kemih (Malabodi dan Nataraja 2001). Tanaman bergizi tinggi ini merupakan sumber senyawa fitokimia yang baik, mengandung protein antifungal sebagai bentuk pertahanannya, yang telah dikodekan sebagai ct-AMP1 (Thevissen et al.2000).
Tanaman bunga Telang/CT mengandung berbagai senyawa bioaktif yang bermanfaat secara medis seperti: antharaquinone, tannin, phlobatannin, karbohidrat, saponin, triterpenoid, phenol, flavonoid, glikosida flavonol, protein, alkaloid, anthosianin, glikosida cardiac, minyak mudah menguap/volatile, Stigmast4-ene-3,6-dione dan steroid. Bunga Telang memang memiliki gizi yang tinggi dengan kandungan serat kasar sekitar 27% dan protein 19%, dengan bagian berprotein tertinggi adalah bijinya. Tanaman bunga telang menunjukkan berbagai manfaat kesehatan terutama sebagai obat hipolipidemik, analgesik, anti parasit pada saluran cerna/gastro-intestinal, antimikroba, insektisidal, CNS, anti kanker, anti diabetes, anti piretik, mengurangi radang maupn infeksi di sekitar mata, meningkatkan kemampuan penglihatan mata (visual) dan berbagai efek farmakologis lainnya. Berikut berbagai manfaat kesehatan yang telah diteliti dari tanaman Clitoria ternatea:
- Efek antimikroba: Berbagai ekstrak dari tanaman bunga Telang menunjukkan kemampuan menginhibisi Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Bacillus subtilis, Aeromonas formicans, Aeromonas hydrophila and Streptococcus agalactiae.Protein antifungal dalam massa molekul 14.3 kDa diisolasi dari bijiClitoria ternatea. Protein ini menunjukkan aktivitas antilitik melawan Micrococcus luteus dan spectrum lebar aktivitas fungisidal khususnya yang berkaitan dengan fungi
seperti Cryptococcus neoformans, Cryptococcus albidus, Cryptococcus laurentii, Candida albicans and Candida parapsilosis. CT juga menghambat aktivitas pertumbuhan mycelial pada beberapa spesies fungi seperti Curvularia sp., Alternaria sp., Cladosporium sp., Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, Rhizopus sp., and Sclerotium sp. - Antiparasit dan efek insektisida: Ekstrak ethanol dari Clitoria ternatea (100mg/ml) membuat paralisis cacing tanah India (Pheritima posthuman) selama 15-20 menit pertama dan mematikannya selama 28-30 menit kemudian. Penelitian menunjukkan bahwa bagian akar memiliki kemampuan antihelmintik paling baik. Aktivitas ekstrak methanol (bagian akar, daun, bunga dan biji) CT pada larva nyamuk vector penyakit utama Aedes aegypti, Culex quinquefasciatus, and Anopheles stephensimenunjukkan hasil memuaskan – dengan ekstrak bijinya yang paling efektif memusnahkan larva ketiga spesies nyamuk vektor tersebut.
- Efek analgesic, anti radang, dan antipiretik: Ekstrak ethanol dari akar Clitoria ternatea root (ECTR) pada dosis 100, 125 and 150 mg/kg dievaluasikan pada tikus memiliki aktivitas antihistaminic dengan induksi katalepsi. Hasilnya adalah signifikansi inhibit chlorpheniramine maleate (CPM) &ECTR (P<0.001) dibanding kontrol. Ekstrak metahol dari akar tanamanClitoria ternateadengan varietas bunga warna biru (MECTR) diketahui memiliki potensi antipiretik sejak 5 jam administrasi (pemasukan) obat pada tikus albino. Efek antipiretiknya ternyata setara dengan obatparacetamol (150 mg/kg bw, po).
- Efek anti kanker: Efek sitotoksik signifikan ditemukan dari petroleum ether dan ethanolik in vitro dari ekstrak bunga Clitoria ternatea (10, 50, 100,200, 500μg/ml) menggunakan metode eksklusi pewarna tryphan. Efek sitotoksik aqueous dan methanol dari ekstrak bunga Telang dievaluasikan pada 6 tipe sel asal kanker vs normalnya yaitu: hormon garis kanker payudara (MCF-7) hormone independent dari garis kanker payudara (MDA-MB-231), garis kanker ovarium manusia (Caov3), garis kanker serviks manusia (Hela), garis kanker liver human line (HepG2) dan garis kanker sel fibroblast kulit manusiaa (Hs27).Hasil air ekstraksi CT menunjukkan efek signifikan (p<0.05) melawan MCF-7 dengan nilai IC50 dari 175.35 μg/ml(65). Ekstrak kasar bermethanol dari daun, biji, dan batang Clitoria ternatea menunjukkan hasil signifikan dari aktivitas sitotoksik letalitas uji bioassay.
- Efek antioksidan: Berbagai ekstrak solven daun CT digunakan untuk menguji potensi antioksidannya dengan 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl (DPPH). Semua ekstrak tersebut menunjukkan potensi aktivitas radikal bebas seiring peningkatan konsentrasi ekstrak – yang paling ampuh adalah ekstrak methanol, lalu kloroform kemudian terakhir adalah ekstrak petroleum ether.
- Efek anti diabetes: Efek hipoglikemik pada ekstrak methanol, air, PE dari daun CT pada tikus diabetes berinduksi Streptozotocin berdosis sekitar 200 mg/kg menunjukkan level degradasi glukosa menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan.
- Efek pada syaraf pusat (Central Nervous System/CNS) : Biji dan daun CT secara luas digunakan sebagai tonik otak peningkat ingatan dan kecerdasan. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak aqueous CT bermanfaat bagi penyakit Alzheimer melalui beberapa mekanisme. Tanaman bunga Telang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk meningkatkan ingatan.
- Efek gastrointestinal: Potensi anti-ulcer ekstrak aqueous & ethanolik (masing-masing 200 mg/kg & 400 mg/kg) dari keseluruhan bagian tanaman bunga Telang diinduksi pada tikus percobaan. Dosis tinggi ekstrak alkoholik menunjukan aktivitas antiulcer signifikan pada ligase pylorus & ulcerasi induksi indomethacin.
- Efek hipolidemik : Hasil eksperimen dengan tikus menunjukkan bahwa administrasi oral ekstrak hidroalkoholik akar dan benihnya mereduksi level total kolesterol, trigliserida, kolesterol lipoprotein densitas amat rendah dan level lipoprotein kolesterol amat renah. Indeks atherogenik dan rasio HDL:LDL tikus uji yang diberi diet tinggi lemak. Efek hipolipidemik ini dibandingkan dengan atorvastin (50 mg/kg, po) dan gemfibrozil (50 mg/kg, po).
- Efek antihistamin dan anti asma : Ekstrak ethanol akar CT (ECTR) dievaluasikan padaaktivitas anti-histamin dengan leucositosis dan eoshinophilia berinduksi susu pada albumin telur tikus dan anaphylaksis kutan pasif pada tikus dengan dosis antara 100-150 mg/kg ip). Hasilnya menunjukkan ECTR secara signifikan melindungi albumin telur berinduksi degranulasi dari mast sel-sel pada tikus dan area inhibisi dari resapan pewarna birunya. Aktivitas anti ashma dari ekstrak ethanol ECTR dievaluasikan pada aerosol histamine yang diinduksi bronchospasma di tikus Wister. Ekstrak ethanolik CT (400 mg/kg, po) menunjukkan perlindungan 47,45 % dari konstriksi bronchus yang diinduksi pada tikus.
- Efek diuretic dan anti urolithiasis : Inhbisi berbagai ekstrak CT pada kristal Kalsium Oksalat (penyebab utama batu ginjal) secara in vitro bermetode titrimetric menunjukkan keampuhan yang setara dengan Cystone(sejenis obat pelarut batu ginjal). Ekstrak alkoholik dari daun CT menunjukkan tingkat inhibisi kristalisasi CaCO3 sebesar 72.99±1.2 %) dalam pembentukan presipitasi CaCO3.
- Efek penyembuhan luka : Aktivitas penyembuhan luka dari ekstrak biji dan akar diinvestigasi dengan ekscisi, incisi dari model tikus – berjalan bagus baik diaplikasikan secara oral maupun dioleskan secara topik. Aktivitas penyembuhan luka dari ekstrak daun CT terstandarisasi dievaluasikan dalam berbagai model enzimatis yang berasosiasi dengan luka pada kulit.
- Efek Protektif : Penelitian biokimia menunjukkan peningkatan level serum urea dan kreatin sepanjang peningkatan berat badan dan reduksi asam urat di kelompok berinduksi acetaminophen. Studi antioksidan menunjukkan bahwa pada binatang uji terdapat peningkatan level renal SOD, CAT, GSH, dan GPx di APAP seiring dengan reduksi kandungan MDA pada ekstrak Ct berethanol. Studi perubahan Histopatologis juga menunjukkan kemampuan perlindungan CT pada parameter genital jantan.
- Aktivitas immonomodulatori :Peningkatan signifikan aktivitas immonomodulatori dari ekstrak akar dan biji Clitoria ternateateruji pada tikus uji sensitif-SRBC untuk pengukuran tipe penundaan respon hipersensitivitas (DTH) dalam parameter hematologis. Hasil penelitian menunjukkan degradasi antibody primer dan sekunder yang dapat mengurangi sensitivitas sel imun, menjadi potensi masa depan untuk mengobati penyakit autoimun. Terdapat anggapan bahwa efek anti peradangan & antioksidan yang memegang peranan utama.
Bunga Telang sendiri sering dimanfaatkan sebagai pewarna makanan alami dan obat mata. Hancuran bunga telang sudah cukup kuat memberi warna berbagai makanan dan tidak mengubah rasa masakan itu sendiri. Bunga telang bias dicelupkan dalam air mendidih selama beberapa menit, kemudian air hasil celupan tersebut bias diteteskan pada mata. Hasil celupan bunga Telang dipercaya bisa mengurangi radang mata dan meningkatkan kemampuan penglihatan (dapat mengurangi minus). Tanaman bunga Telang memang kaya manfaat, semoga ke depannya bisa dimanfaatkan lebih luas. Sekian arkes ini semoga bermanfaat.
Penulis: Sekarnara Andhita Hermawan (DD 31)
Sumber:
Al-Snafi, AE. 2016. Pharmacological importance of Clitoria ternatea – A review. (www.iosrphr.org) IOSR Journal of Pharmacy 6 (3) March : 68-83. Gomez, SM. Kalamani, A. 2003. Butterfly pea (Clitoria ternatea): A nutritive Multipurpose Forage Legume for the Tropics – An Overview. Pakistan Journal of Nutrion 2 (6) : 374379.