Makan merupakan salah satu kebutuhan utama setiap umat manusia. Selain sebagai sumber pemenuhan nutrisi dan energi bagi tubuh dalam beraktivitas sehari-hari, makan juga menjadi pemuas selera dan memberikan rasa nyaman. Akan tetapi, bagi sebagian orang, makan dianggap suatu hal mengganggu keadaan dirinya. Hal ini disebabkan gangguan psikis yang dialami seseorang sehingga persepsinya terhadap makanan berubah, dan apabila tidak segera ditangani maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan baik fisik maupun psikososial orang tersebut. Pada artikel ini, akan dibahas mengenai salah satu gejala klinis terkait gangguan makan, yaitu Anoreksia nervosa.

Anoreksia nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang dirumuskan dalam DSM V (American Psychiatric Association, 2013). Selain Anoreksia Nervosa (AN), penyakit gangguan makan lainnya meliputi bulimia nervosa (muntah dengan sengaja) dan binge eating (kehilangan kontrol untuk makan). Berdasarkan penjelasan dalam DSM V anoreksia nervosa memiliki ciri khas yaitu individu berusaha mempertahankan atau mengurangi berat badan di bawah kategori normal sesuai standar usianya.

Diagnosa pada anoreksia ditetapkan apabila memenuhi tiga kriteria yaitu (a) adanya pemikiran bahwa membatasi asupan energi adalah suatu kebutuhan, (b) merasa takut secara intens akan bertambahnya berat badan atau menjadi gemuk, atau memperlihatkan perilaku yang mempertahankan berat badan meskipun berat badan orang tersebut tergolong rendah, dan (c) terjadi gangguan pada cara seseorang memahami citra tubuhnya.

Anoreksia nervosa merupakan gangguan yang dapat dialami pada semua usia, akan tetapi pada individu sebelum pubertas dan di atas 40 tahun prevalensinya sangat jarang. Anoreksia nervosa paling sering terjadi pada usia remaja. Sekitar 95% penderita anoreksia adalah wanita, dan umumnya anoreksia menyerang orang-orang golongan sosial ekonomi menengah ke atas (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004).

Munoz dan Argente (2002) memperkirakan pasien anoreksia nervosa remaja bertambah 5 hingga 10 per 100.000 orang per tahunnya. Selain remaja, dijelaskan bahwa kelompok yang berisiko tinggi mengalami anoreksia nervosa adalah (a) perempuan, (b) atlet, olahragawan, atau penari, (c) individu yang sedang berdiet karena alasan medis, (d) individu yang memiliki keluarga dengan gangguan makan, dan (e) korban pelecehan seksual dan trauma.

Thompson (2004) menetapkan beberapa tanda-tanda dan gejala yang khas pada penderita anorexia nervosa yaitu sebagai berikut :

  • Kehilangan berat badan yang sangat drastis (15% di bawah normal dan IMT <17,5 kg/m2 pada orang dewasa) (National Collaboration Centre for Mental Health, 2004).
  • Menarik diri dari kehidupan sosial, khususnya saat makan.
  • Terobsesi melakukan latihan berlebihan.
  • Terobsesi dengan berat badan, makanan, kalori, resep.
  • Kelelahan dan lemah otot.
  • Mencari-cari alasan untuk tidak memakan makanan
  • Kebiasaan makan yang aneh (seperti makan sangat perlahan, memotong makanan berukuran sangat kecil, memilih-milih makanan)
  • Kelihatan tidak nyaman disekitar makanan.
  • Mengeluh menjadi terlalu gemuk bahkan ketika mereka kurus.
  • Merasa bersalah atau malu jika makan.
  • Sifat lekas marah, depresi, dan mood tidak stabil.
  • Menstruasi tidak teratur bahkan amenorrhea (hilangnya menstruasi).
  • Memakai pakaian longgar untuk menyembunyikan kehilangan berat badan.
  • Sering pingsan dan merasa pusing .
  • Sangat tertutup tentang pola makan.
  • Terlihat pucat dan sering merasa kedinginan.

Tidak memiliki penyakit fisik yang menyebabkan penurunan berat badan.
Faktor biologis, sosial, dan psikologis merupakan faktor utama dalam penyebab anoreksia nervosa. Cooper & Stein (1992) menyatakan faktor kepribadian, tekanan sosiokultural, hubungan dalam keluarga merupakan faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko remaja untuk mengalami gangguan makan. Field dkk.(1999) menyebutkan bahwa teman sebaya dan media massa mempengaruhi perilaku mengontrol berat badan pada remaja putri yang akan menimbulkan gangguan makan.

Kebanyakan orang dengan AN melihat diri mereka sebagai orang dengan kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan atau malnutrisi. Makan, makanan dan kontrol berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan sentiasa mengukur berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan jumlah yang sangat kecil dan terhadap pada sebagian makanan (Wonderlich dkk., 2005).

Anorexia nervosa merupakan sebuah gangguan yang mengancam jiwa, angka kematian sepuluh kali lebih besar pada para pasien yang menderita gangguan tersebut dibanding pada populasi umum dan dua kali 20 lebih besar dibanding pada para pasien yang menderita berbagai gangguan psikologis lain. Kematian paling sering disebabkan oleh komplikasi fisik penyakit tersebut, contohnya sesak nafas karena gagal ginjal dan bunuh diri (Davison dkk., 2010).

 

Penulis: Monita Deka Martiwi (DD31)

Sumber:

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder Edition “DSM-5”. Washinton DC: American Psychiatric. Publishing.

Becker, A.E., Grinspoon, S.K., Klibanski, A., Herzog, D.B. 1999. Eating Disorders. N Engl J Med 340(14):1092-1098

Cooper PJ & Stein A. 1992. Feed Problems and Eating Disorders in Children and Adolescent. Harwood Academic Publisher, Massachusetts

Davidson, G.C, 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT Rajagrafindo permai.

Field, A.E 1999. Relation Peer and Media Influences to The Development of Purging Behaviors Among Preadolescent and Adolescent Girls. Archives Pediatrics Adolescent Medicine vol 153

Focker M., Knoll S., Hebebrand J. 2013. Anorexia nervosa. Eur Child Adolesc Psychiatry 22 (Suppl 1):S29–S35

National Collaborating Centre for Mental Health. 2004. Leicester (UK): British Psychological Society. National Institute for Health and Clinical Excellence: Guidance .

Thompson, C.L. et, al. (2004). Counseling Children. Canada: Thompson. Brooks/Cole. Wonderlich, S.A., Lilenfield, L.R., Riso, L.P., Engel, S., Mitchell, J.E., 2005.

Personality and Anorexia Nervosa. International Journal of Eating Disorders. 37: S68-S71

Muñoz MT, Argente J. 2002. Anorexia nervosa in female adolescents: endocrine and bone mineral density disturbances. Eur J Endocrinol. 147(3):275-86.