Demam Gak Biasa? Bisa Jadi Malaria!
Oleh: Fanni Nabilatuzahroh
Malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama di wilayah Indonesia bagian timur. Meski sejumlah provinsi telah mencapai status bebas malaria, penyakit ini masih endemis di beberapa daerah, dengan kasus tertinggi tercatat di Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2023), tercatat lebih dari 470 ribu kasus malaria secara nasional, dengan sekitar 86% kasus berasal dari Provinsi Papua.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Lima jenis Plasmodium dapat menginfeksi manusia, tetapi Plasmodium falciparum dan P. vivax merupakan yang paling umum di Indonesia (Emeliy, 2023). Gajala dari malaria sebagai berikut;
1. Demam Tinggi Berkala
Demam bisa datang dan pergi, seringkali disertai menggigil hebat, lalu berkeringat deras saat demamnya menurun. Biasanya muncul dalam siklus tertentu (setiap 2–3 hari), tergantung jenis parasitnya.
2. Menggigil dan Badan Menggigil Kedinginan
Ini bisa jadi tanda awal sebelum demam muncul.
3. Sakit Kepala Berat
Rasa sakitnya intens dan sering terasa di bagian dahi atau belakang mata.
4. Mual dan Muntah
Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan bahkan diare bisa menyertai.
5. Nyeri Otot dan Sendi
Rasa lelah, linu, dan nyeri di sekujur tubuh, mirip seperti gejala flu berat.
6. Berkeringat Berlebihan
Setelah fase demam tinggi, tubuh akan mengeluarkan banyak keringat saat suhu turun.
Meskipun program pemberantasan malaria telah digalakkan sejak lama, Indonesia menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
1. Akses geografis yang sulit
Banyak daerah endemis malaria berada di wilayah terpencil dengan akses transportasi yang terbatas, seperti pedalaman Papua dan kepulauan kecil di NTT.
2. Tingginya mobilitas penduduk
Perpindahan penduduk dari daerah non-endemis ke endemis (dan sebaliknya) berpotensi menyebarkan penyakit.
3. Kurangnya tenaga kesehatan dan fasilitas
Di beberapa wilayah terpencil, ketersediaan tenaga medis, laboratorium, dan alat diagnosa masih sangat terbatas.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat
Edukasi tentang pencegahan malaria masih belum merata, sehingga banyak masyarakat belum sadar pentingnya menggunakan kelambu atau melakukan pengobatan dini.
Pemerintah Indonesia menargetkan eliminasi malaria nasional pada tahun 2030 (P2P Kemenkes RI, 2023). Strategi utama meliputi:
– Deteksi dan pengobatan dini menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan pengobatan dengan terapi kombinasi artemisinin (ACT).
– Penyediaan kelambu berinsektisidakepada masyarakat di daerah endemis.
– Penyemprotan insektisidadi rumah-rumah warga.
– Pemberdayaan kader kesehatan dan pelatihan tenaga medis di daerah terpencil.
Meskipun tantangan masih besar, harapan untuk eliminasi malaria tetap terbuka. Beberapa daerah seperti DKI Jakarta, DIY, dan Bali telah dinyatakan bebas malaria. Kunci keberhasilan terletak pada kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, tenaga kesehatan, masyarakat, serta dukungan dari pihak swasta dan internasional. Edukasi masyarakat dan pemanfaatan teknologi seperti drone untuk distribusi obat diharapkan dapat mempercepat pencapaian target bebas malaria di seluruh Indonesia. Dengan komitmen bersama, Indonesia dapat terbebas dari malaria pada tahun 2030.
Daftar Pustaka
Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik. (2022) Kejar Target Bebas Malaria 2030, Kemenkes Tetapkan 5 Regional Target Eliminasi. Kementerian Kesehatan https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
Direktorat Jenderal l Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023) Rencana Aksi Nasional Percepatan Eliminasi Malaria 2023-2026. Kemeterian Kesehatan. https://p2p.kemkes.go.id/
Emeliy Buck,dkk. (2023) Malaria. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551711/
Kementerian Kesehatan. (2023). Kasus Malaria di Indonesia. Kementerian Kesehatan. https://malaria.kemkes.go.id/
0 Comments